Kamis, 29 Desember 2011

goyang yuk...


ini adalah lagu dangdut favorit saya. salam dangdut semua..wkwkwkwk

Rabu, 28 Desember 2011

wereng coklat

A.    Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng coklat merupakan hama penting tanaman padi di Indonesia. Hama ini mampu membentuk populasi cukup besar dalam waktu singkat dan merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan. Kerusakan tanaman disebabkan oleh kegiatan makan dengan dengan menghisap cairan pelepah daun (Marheni 2004).
Wereng coklat (WCk) menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi,  penerapan IP>200, dsb). Penggunaan pestisidayang melanggar kaidah PHT (tepat jenis pestisida yang digunakan (khusus wereng coklat), tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. WCk juga merupakan vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa (Mahyuddin, 2007).
WCk dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian) dengan cara menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi. Gejala WCk pada individu rumpun dapat terlihat dari daun yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn. Gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk lingkaran pada suatu hamparan yang luas, yang menunjukkan pola penyebaran WCk yang dimulai dari satu titik, kemudian meyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran (Mahyuddin, 2007).
Hama wereng coklat selalu menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir buah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan tidak terarah. WCk berwarna coklat, berukuran 3-5 mm, habitat di tempat lembab, gelap dan teduh. Telur banyak yang ditempatkan di bawah daun padi yang melengkung dengan masa ovulasi 9 hari menetas, 13 hari membentuk sayap, dan 2 minggu akan bertelur kembali. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memberantas wereng coklat adalah dengan cara preventif, represif, dan kuratif (Amalia, 2007).
1.    Tindakan preventif dengan cara:
a.    Memeriksa dengan teliti rumpun daun padi yang layu.
b.    Apabila ditemukan wereng dalam rumpun, bunuh dan periksa telurnya di daun, lalu daun dicabut dan dibakar.
c.    Apabila dalam serumpun terdapat banyak wereng, lakukan penyemprotan massal dengan insektisida.
2.    Tindakan represif dilakukan sebagai berikut:
a.     Pengeringan pada petakan sawah.
b.    Pencabutan dan pembakaran seluruh tanaman.
c.     Memilih bibit unggul (Sicantik, Bengawan, dan lain-lain) yang direndam dalam Aldrien 40% (12 gr/1 kg benih) atau Dildrien 50% WP (10 gr/1 kg benih).
d.    Crop rotation (pergiliran padi dan palawija).
3.    Tindakan kuratif ditempuh dengan:
a.    Insektisida butiran dengan menggunakan Furadan 30 (17-20 kg/ha), Basudin 10 (10-15 kg/ha) dan Diazinon 10G (10-15 kg/ha) yang ditaburkan diantara larikan petak sawah, tiga atau empat minggu sekali.
b.    Penyemprotan insektisida cair seminggu sekali atau maksimal 10 hari sekali menggunakan Agrothion 50, Sumithion 50 EC (2 ltr/ha), Karphos 50 EC (2 ltr/ha), DDVP 50 EC (0,6 ltr/ha), Nogos 50 (2 ltr/ha), Sevin 85 SP (1,2 ltr/ha), Diazinon 60 EC (1,5 ltr/ha) (Amalia, 2007).
BBPTP memiliki varietas unggul dengan ketahanan wereng cokelat dari biotipe yang berbeda-beda. Varietas padi yang tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1 dan 2 adalah Inpari 3, sedangkan varietas yang tahan biotipe 2 adalah Inpari 1. Inpari 6 Jete adalah varietas yang tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 2 dan 3. Varietas yang memiIiki sifat ketahanan terhadap ketiga biotipe hama wereng cokelat sekaligus (biotipe 1, 2, dan 3) adalah Inpari 2, Inpari 13, dan IR66. Ketiga varietas tersebut lebih kuat ketahanan biotipenya dan cocok ditanam pada daerah yang terserang hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3 (Rozakurniati, 2010).