Selasa, 03 Januari 2012

laporan praktikum ekologi tanaman


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TANAMAN

ACARA I
PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP POLA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN



UNSOED



Oleh    :
NAMA             : Sugiarto
NIM                : A1L008073
Rombongan     : A2
                                   



KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011


I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dalam rangka budidaya pertanian yang mengutamakan hasil pertanian dan perkembangan tanaman dari proses awal yaitu fase vegetatif tanaman, seperti pembentukan tunas, Pembentukan organ tanaman yang lebih kompleks( batang, daun, bunga) yang lebih optimal, Diperlukan suatu penanganan khusus dan teratur. Penanganan yang dimaksudkan adalah pengolahan tanah yang intensif, Pembuatan bedengan, Pemupukan, pengairan yang terarah.
Faktor yang tidak kalah penting dari proses pola pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal adalah dari bibit yang digunakan, yang menyangkut sifat genetis. Apakah tumbuhan tersebut memiliki sifat pertumbuhan organ vegetative yang cepat, mempunyai sifat tahan akan kondisi kekeringan, salinitas tinggi, ataupun tahan terhadap hama dan penyakit. Semua ini tidak akan memperlihatkan hasil yang memuaskan apabila kondisi lingkungan tidak diatur sedemikian rupa, agar tingkat adaptasi tanaman dapat berjalan dengan cepat.
Faktor lingkungan yang paling utama yaitu tanah sebagai media tumbuh kembangnya tanaman. Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. kondisi kesuburan tanah yang relatif rendah akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan akhirnya akan mempengaruhi hasil. Pengaruh keadaan tanah dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1) keadaan fisik tanah , yang ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah karena pengaruhnya terhadap aerasi dan drainase tanah. 2) keadaan kimia tanah yang ditentukan oleh kandungan zat hara di dalam tanah. 3) Keadaan biologi tanah yang ditentukan oleh kandungan mikro/makro flora dan fauna tanah yang bertindak sebagai resiklus hara dalam tanah (dekomposisi). Untuk itu, diperlukan perlakuan pemupukan yang tepat dari segi dosis, waktu pemberian, dan jenis dari pupuk yang digunakan itu sendiri.

Masalah kecil yang tidak dapat disepelekan, karena pengaruhnya yang dapat mengurangi tingkat penyerapan unsur hara oleh tanaman adalah tingkat banyak sedikitnya gulma yang tunbuh di sekitar tanaman budidaya. Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman yang menghasilkan zat alelopati. Zat alelopati tersebut mempunyai sifat meracuni organ tanaman budidaya khususnya akar. Akar tanaman budidaya menjadi menurun kinerjanya, karena senyawa yang merusak jaringan akar tersebut sehingga intensitas unsur hara yang terserap menjadi lebih sedikit. Dengan adanya gulma, juga menimbulkan pengurangan hasil yang dicapai, karena seperti yang dijelaskan di atas, pengurangan zat- zat yang terserap seperti unsure N, P, dan K yang berhubungan langsung dengan pembesaran jaringan, Serta kinerja organ tanaman untuk melakukan kegiatan fisiologis, seperti fotosintesis, respirasi, dan transpirasi menjadi menurun. Untuk itu dilakukan praktikum ekologi tanaman yang meruncing pada kegiatan penyiangan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

B.     Tujuan
Mengetahui pola pertumbuhan dan hasil tanaman berdasarkan dosis pemupukan dan waktu penyiangan.








II.                METODE PRAKTIKUM

A.    BAHAN DAN ALAT

a.       Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah benih kangkung, benih bayam, pupuk N, P, dan K, furadan.
b.      Alat
Alat yang digunakan ialah alat pengukur suhu, intensitas cahaya, kelembaban, curah hujan, alat tulis dan penggaris.
B.     PROSEDUR KERJA

1.      Praktikan menanam benih kangkung dan bayam pada bedengan yang telah disiapkan.
2.      Jarak tanam kangkung berukuran 20 x 20 cm.
3.      Sedangkan jarak tanam bayam 25 x 25 cm.
4.      Bayam ditanam dalam bentuk bibit yang telah disemai selama ± 2 minggu, sedangkan tanaman kangkung dengan biji.







III.             HASIL PENGAMATAN
TERLAMPIR




















IV.             PEMBAHASAN

Pada praktikum yang telah dilaksanakan di lahan sebelah Green house fakultas pertanian Unsoed, Yaitu menanam benih kangkung, dan bibit bayam yang sebelumnya telah dibuat bedengan dengan ukuran 1m x 1m dengan masing-masing jarak tanam untuk kangkung adalah 20cmx20cm dan untuk bayam adalah 25cmx25cm menghasilkan suatu hasil tanaman dan pola pertumbuhan yang berbeda-beda tergantung perlakuan yang diberikan.
Perlakuan yang pertama adalah pemupukan. Sebelumnya, marilah kita kaji lebih lanjut apa itu pupuk. Pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun dan batang sebagai larutan. Karbondioksida yang diberikan ke udara dalam rumah kaca dapat pula disebut sebagai upaya pemupukan.
Pupuk yang diberikan pada ke tanaman budidaya, yaitu kangkung dan bayam adalah adalah pupuk N, P, K, dan furadan. Untuk kelompok kami, yaitu kelompok A2 mendapatkan bagian perlakuan untuk memupuk ¼ dosis. Pupuk diberikan pada awal penanaman setelah bibit ditanamkan, tetapi untuk furadan, diberikan pada lubang tanam sebelum bibit ditanamkan. Perlu diketahui, benih kangkung yang ditanamkan setiap lubangnya adalah 2 biji, sedangkan untuk bayam, yang ditanamkan adalah bibit yang telah disemai selama 2 minggu, dan untuk masing-masing lubang tanam ditanamkan 3 bibit.
Pengamatan dilakukan setelah 3 hari bibit ataupun benih ditanamkan. Hal yang diamati untuk semua tanaman adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan ini dilakukan selama 1 bulan sampai akhirnya tanaman siap untuk dipanen. Padapengamatan pertama, baik pada tanaman kangkung maupun bayam belum mengalami perubahan yang signifikan. Pada pengamatan ke 4 lah, tanaman sudah mulai muncul organ seperti batang. Pada tanaman kangkung, semua tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, karena pada dasarnya kangkung mempunyai sifat yang dapat tumbuh di kondisi lahan yang kering, dapat dikatakan tanaman kangkung 100% bisa dipanen secara keseluruhan, akan tetapi pada tanaman bayam, tidak sepenuhnya dapat tumbuh secara maksimal. Berdasarkan pengamatan selama 1 bulan, hanya 30%nya yang dapat dipanen. Hal ini disebabkan karena factor bibit yang digunakan kurang bisa menyesuaikan kondisi lahan yang kering. Bibit yang digunakan tidak bisa menyerap unsure hara secara maksimal, selain itu kondisi lahan yang miskin akan air, menambah pemanjangan akar bibit bayam kurang bisa berjalan secara baik. Ditambah lagi dengan hujan yang dapat menyapu bibit itu sendiri.
Ditinjau secara keseluruhan, perlakuan pemupukan untuk semua kelompok adalah P0, P1, P2, P3, dan P4. Yang pertama adalah P0, yaitu perlakuan terhadap tanaman tanpa pemupukan. P1 merupakan pemupukan dengan ¼ dosis, P2 adalah perlakuan dengan dosis ½, P3 diibaratkan pemupukan dengan ¾ dosis, yang terakhir adalah P4 yaitu pemupukan 1 dosis. Perlakuan P0 dapat disebut juga sebagai control. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Perlakuan P4lah yang menunjukan hasil tertinggi. Hal ini dikarenakan unsure hara yang ditambahkan paling tinggi. Sebenarnya, hubungan antara tingkat hara dan prestasi tanaman berbeda-beda. Dari pola pertumbuhan organ vegetativenya pada hal ini khususnya untuk tanaman kangkung yaitu tinggi batang, jumlah daun, panjang tangkai, panjang ruas, dan diameter batang semuanya hasil tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk dengan dosis 1. Sedangkan hasil terendah terdapat pada dosis pemupukan ¼. Tetapi, pada beberapa perlakuan dengan dosis ½ hasil yang diperoleh, lebih besar dari pada dosis pemupukan ¾. Untuk hal ini, menunjukan suatu tanggapan tanaman terhadap pupuk sebagian berhubungan dengan kapasitas produktif. Tanaman yang ditanam pada pada tanah- tanah dengan kapasitas produksi rendah, menunjukan respon maksimum  pada pemupukan tingkat rendahan dari pada pada tanah dengan kapasitas produksi tinggi.. Kapasitas produktif tergantung pada ketersediaan hara dan kondisi tanah jangka panjang, karena kekuatan yang membentuk keseimbangan antara tanah, larutan tanah. Suatu fakta, bahwa pemupukan dengan dosis yang rendah, menghasilkan kapasitas produktif yang rendah juga. Sebagian, diboroskan dengan pencucian, terikat dalam bentuk tidak tersedia, atau distribusi tidak merata di seluruh tanah dalam hubungannya dengan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk dalam tingkatan yang optimum untuk tanaman yang dilakukan secara terus menerus dapat menaikkan kapasitas produksi tanah, yang akhirnya dapat meningkatkan potensi menghaslkan produk panenan.
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.
b. Persaingan memperebutkan air                                             
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 – 1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman kangkung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
Penyiangan yang sesuai prosedur dapat meningkatkan penurunan populasi gulma, seperti praktikum yang telah dilakukan. Pada kali ini, kelompok kami mendapatkan bagian untuk menyiangi lahan setiap hari, dalam artian kalau masih ada gulma. Untuk pada lahan kangkung, jumlah gulmanya lebih sedikit dari pada lahan bayam. Hal ini dikarenakan pada lahan kangkung, jarak tanamnya lebih rapat, dan juga pertumbuhan pada tanaman kangkung lebih optimal, sehingga laju populasi gulma menjadi cenderung menurun, lain halnya pada lahan bayam yang presentase tumbuhnya hanya 30% dari keseluruhan, sehingga meningkatkan unsure hara yang terserap bagi gulma itu sendiri.
Pengamatan factor lingkungan juga sudah praktikan lakukan. Faktor lingkungan yang diamati adalah curah hujan. Pengamatan dilakukan oleh semua kelompok pada pagi hari pukul 07.00. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan, dilakukan menggunakan metode penampungan dalam corong, yang diletakkan di tengah lahan. Untuk pengamatan curah hujan tertinggi didapat pada pengamatan tanggal 16 Mei 2011, yaitu mencapai angka 22,63. Untuk curah hujan terkecil, terdapat pada pengamatan ke 1,3, 30, dan semua hari yang tidak ada hujan. Pengamatan curah hujan ini berhubungan dengan kondisi tersedianya air dalam tanah, sehingga berpengaruh pada serapan unsure hara, dan banyak sedikitnya populasi gulma. Pada pengamatan yang telah diamati, semakin besar curah hujan, maka populasi gulma juga semakin banyak. Yang pada akhirnya, perlakuan penyiangan menjadi semakin intensif.


V.                KESIMPULAN
1.      Taraf pemupukan dan taraf penyiangan yang berbeda, mengakibatkan pola pertumbuhan dan produksi tanaman yang berbeda.
2.      Taraf pemupukan dengan dosis 1, menempati urutan pertama dalam hal produksi tanaman
3.      Untuk taraf penyiangan, perbedaan pertumbuhan tanaman tidak terlalu berbeda, tetapi khusus pada tanaman kangkung.
4.      Pada tanaman bayam, banyak terdapat populasi gulma, yang menimbulkan penurunan produksi yang cukup signifikan.















DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius : Yogyakarta

Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. GRAMEDIA : Jakarta.

Syafei, E.S. 1994. Pengantar Ekologi Tumbuhan. FMIPA ITB : Bandung.
















LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar