LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TANAMAN
ACARA I
PENGARUH DOSIS
PEMUPUKAN DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP POLA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
Oleh :
NAMA :
Sugiarto
NIM : A1L008073
Rombongan :
A2
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam rangka budidaya
pertanian yang mengutamakan hasil pertanian dan perkembangan tanaman dari
proses awal yaitu fase vegetatif tanaman, seperti pembentukan tunas,
Pembentukan organ tanaman yang lebih kompleks( batang, daun, bunga) yang lebih
optimal, Diperlukan suatu penanganan khusus dan teratur. Penanganan yang
dimaksudkan adalah pengolahan tanah yang intensif, Pembuatan bedengan,
Pemupukan, pengairan yang terarah.
Faktor yang tidak kalah
penting dari proses pola pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal adalah dari
bibit yang digunakan, yang menyangkut sifat genetis. Apakah tumbuhan tersebut
memiliki sifat pertumbuhan organ vegetative yang cepat, mempunyai sifat tahan
akan kondisi kekeringan, salinitas tinggi, ataupun tahan terhadap hama dan
penyakit. Semua ini tidak akan memperlihatkan hasil yang memuaskan apabila
kondisi lingkungan tidak diatur sedemikian rupa, agar tingkat adaptasi tanaman
dapat berjalan dengan cepat.
Faktor lingkungan yang
paling utama yaitu tanah sebagai media tumbuh kembangnya tanaman. Tanah
merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. kondisi kesuburan tanah yang relatif
rendah akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan akhirnya akan
mempengaruhi hasil. Pengaruh keadaan tanah dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1) keadaan fisik tanah , yang ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah karena
pengaruhnya terhadap aerasi dan drainase tanah. 2) keadaan kimia tanah yang
ditentukan oleh kandungan zat hara di dalam tanah. 3) Keadaan biologi tanah
yang ditentukan oleh kandungan mikro/makro flora dan fauna tanah yang bertindak
sebagai resiklus hara dalam tanah (dekomposisi). Untuk itu, diperlukan perlakuan pemupukan yang tepat
dari segi dosis, waktu pemberian, dan jenis dari pupuk yang digunakan itu
sendiri.
Masalah kecil yang tidak
dapat disepelekan, karena pengaruhnya yang dapat mengurangi tingkat penyerapan
unsur hara oleh tanaman adalah tingkat banyak sedikitnya gulma yang tunbuh di
sekitar tanaman budidaya. Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman yang
menghasilkan zat alelopati. Zat alelopati tersebut mempunyai sifat meracuni
organ tanaman budidaya khususnya akar. Akar tanaman budidaya menjadi menurun
kinerjanya, karena senyawa yang merusak jaringan akar tersebut sehingga intensitas
unsur hara yang terserap menjadi lebih sedikit. Dengan adanya gulma, juga
menimbulkan pengurangan hasil yang dicapai, karena seperti yang dijelaskan di
atas, pengurangan zat- zat yang terserap seperti unsure N, P, dan K yang berhubungan
langsung dengan pembesaran jaringan, Serta kinerja organ tanaman untuk
melakukan kegiatan fisiologis, seperti fotosintesis, respirasi, dan transpirasi
menjadi menurun. Untuk itu dilakukan praktikum ekologi tanaman yang meruncing
pada kegiatan penyiangan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
B. Tujuan
Mengetahui
pola pertumbuhan dan hasil tanaman berdasarkan dosis pemupukan dan waktu
penyiangan.
II.
METODE PRAKTIKUM
A. BAHAN DAN ALAT
a. Bahan
Bahan
yang digunakan pada praktikum adalah benih kangkung, benih bayam, pupuk N, P,
dan K, furadan.
b. Alat
Alat
yang digunakan ialah alat pengukur suhu, intensitas cahaya, kelembaban, curah
hujan, alat tulis dan penggaris.
B. PROSEDUR KERJA
1. Praktikan
menanam benih kangkung
dan bayam pada bedengan yang telah disiapkan.
2. Jarak
tanam kangkung berukuran 20 x 20 cm.
3. Sedangkan
jarak tanam bayam 25 x 25 cm.
4. Bayam
ditanam dalam bentuk bibit yang telah disemai selama ± 2 minggu, sedangkan
tanaman kangkung dengan biji.
III.
HASIL PENGAMATAN
TERLAMPIR
IV.
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah
dilaksanakan di lahan sebelah Green house fakultas pertanian Unsoed, Yaitu
menanam benih kangkung, dan bibit bayam yang sebelumnya telah dibuat bedengan
dengan ukuran 1m x 1m dengan masing-masing jarak tanam untuk kangkung adalah
20cmx20cm dan untuk bayam adalah 25cmx25cm menghasilkan suatu hasil tanaman dan
pola pertumbuhan yang berbeda-beda tergantung perlakuan yang diberikan.
Perlakuan yang pertama
adalah pemupukan. Sebelumnya, marilah kita kaji lebih lanjut apa itu pupuk.
Pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya
diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun dan batang sebagai
larutan. Karbondioksida yang diberikan ke udara dalam rumah kaca dapat pula
disebut sebagai upaya pemupukan.
Pupuk yang diberikan pada ke
tanaman budidaya, yaitu kangkung dan bayam adalah adalah pupuk N, P, K, dan
furadan. Untuk kelompok kami, yaitu kelompok A2 mendapatkan bagian perlakuan
untuk memupuk ¼ dosis. Pupuk diberikan pada awal penanaman setelah bibit
ditanamkan, tetapi untuk furadan, diberikan pada lubang tanam sebelum bibit
ditanamkan. Perlu diketahui, benih kangkung yang ditanamkan setiap lubangnya
adalah 2 biji, sedangkan untuk bayam, yang ditanamkan adalah bibit yang telah
disemai selama 2 minggu, dan untuk masing-masing lubang tanam ditanamkan 3
bibit.
Pengamatan dilakukan setelah
3 hari bibit ataupun benih ditanamkan. Hal yang diamati untuk semua tanaman
adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan ini dilakukan selama 1 bulan
sampai akhirnya tanaman siap untuk dipanen. Padapengamatan pertama, baik pada
tanaman kangkung maupun bayam belum mengalami perubahan yang signifikan. Pada
pengamatan ke 4 lah, tanaman sudah mulai muncul organ seperti batang. Pada
tanaman kangkung, semua tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, karena
pada dasarnya kangkung mempunyai sifat yang dapat tumbuh di kondisi lahan yang
kering, dapat dikatakan tanaman kangkung 100% bisa dipanen secara keseluruhan,
akan tetapi pada tanaman bayam, tidak sepenuhnya dapat tumbuh secara maksimal.
Berdasarkan pengamatan selama 1 bulan, hanya 30%nya yang dapat dipanen. Hal ini
disebabkan karena factor bibit yang digunakan kurang bisa menyesuaikan kondisi
lahan yang kering. Bibit yang digunakan tidak bisa menyerap unsure hara secara
maksimal, selain itu kondisi lahan yang miskin akan air, menambah pemanjangan
akar bibit bayam kurang bisa berjalan secara baik. Ditambah lagi dengan hujan
yang dapat menyapu bibit itu sendiri.
Ditinjau secara keseluruhan,
perlakuan pemupukan untuk semua kelompok adalah P0, P1, P2, P3, dan P4. Yang
pertama adalah P0, yaitu perlakuan terhadap tanaman tanpa pemupukan. P1
merupakan pemupukan dengan ¼ dosis, P2 adalah perlakuan dengan dosis ½, P3
diibaratkan pemupukan dengan ¾ dosis, yang terakhir adalah P4 yaitu pemupukan 1
dosis. Perlakuan P0 dapat disebut juga sebagai control. Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan, Perlakuan P4lah yang menunjukan hasil tertinggi. Hal ini
dikarenakan unsure hara yang ditambahkan paling tinggi. Sebenarnya, hubungan
antara tingkat hara dan prestasi tanaman berbeda-beda. Dari pola pertumbuhan
organ vegetativenya pada hal ini khususnya untuk tanaman kangkung yaitu tinggi
batang, jumlah daun, panjang tangkai, panjang ruas, dan diameter batang
semuanya hasil tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk dengan dosis 1.
Sedangkan hasil terendah terdapat pada dosis pemupukan ¼. Tetapi, pada beberapa
perlakuan dengan dosis ½ hasil yang diperoleh, lebih besar dari pada dosis
pemupukan ¾. Untuk hal ini, menunjukan suatu tanggapan tanaman terhadap pupuk
sebagian berhubungan dengan kapasitas produktif. Tanaman yang ditanam pada pada
tanah- tanah dengan kapasitas produksi rendah, menunjukan respon maksimum pada pemupukan tingkat rendahan dari pada pada
tanah dengan kapasitas produksi tinggi.. Kapasitas produktif tergantung pada
ketersediaan hara dan kondisi tanah jangka panjang, karena kekuatan yang
membentuk keseimbangan antara tanah, larutan tanah. Suatu fakta, bahwa
pemupukan dengan dosis yang rendah, menghasilkan kapasitas produktif yang
rendah juga. Sebagian, diboroskan dengan pencucian, terikat dalam bentuk tidak
tersedia, atau distribusi tidak merata di seluruh tanah dalam hubungannya
dengan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk dalam tingkatan yang optimum untuk
tanaman yang dilakukan secara terus menerus dapat menaikkan kapasitas produksi
tanah, yang akhirnya dapat meningkatkan potensi menghaslkan produk panenan.
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan
tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman
yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah,
dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam
mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di
permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap
walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak
diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal
ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak
dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap
ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan
gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur
hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar
nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak;
kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih
dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara
daripada tanaman yang dikelola manusia.
b. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air
untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka
persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian
besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai
untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan
330 – 1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat
kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air
sebesar 2,5 kali tanaman kangkung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada
pertanian lahan kering atau tegalan.
Penyiangan yang sesuai prosedur dapat meningkatkan penurunan
populasi gulma, seperti praktikum yang telah dilakukan. Pada kali ini, kelompok
kami mendapatkan bagian untuk menyiangi lahan setiap hari, dalam artian kalau
masih ada gulma. Untuk pada lahan kangkung, jumlah gulmanya lebih sedikit dari
pada lahan bayam. Hal ini dikarenakan pada lahan kangkung, jarak tanamnya lebih
rapat, dan juga pertumbuhan pada tanaman kangkung lebih optimal, sehingga laju
populasi gulma menjadi cenderung menurun, lain halnya pada lahan bayam yang
presentase tumbuhnya hanya 30% dari keseluruhan, sehingga meningkatkan unsure
hara yang terserap bagi gulma itu sendiri.
Pengamatan factor lingkungan juga sudah praktikan lakukan. Faktor
lingkungan yang diamati adalah curah hujan. Pengamatan dilakukan oleh semua
kelompok pada pagi hari pukul 07.00. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan,
dilakukan menggunakan metode penampungan dalam corong, yang diletakkan di
tengah lahan. Untuk pengamatan curah hujan tertinggi didapat pada pengamatan
tanggal 16 Mei 2011, yaitu mencapai angka 22,63. Untuk curah hujan terkecil,
terdapat pada pengamatan ke 1,3, 30, dan semua hari yang tidak ada hujan.
Pengamatan curah hujan ini berhubungan dengan kondisi tersedianya air dalam
tanah, sehingga berpengaruh pada serapan unsure hara, dan banyak sedikitnya
populasi gulma. Pada pengamatan yang telah diamati, semakin besar curah hujan,
maka populasi gulma juga semakin banyak. Yang pada akhirnya, perlakuan
penyiangan menjadi semakin intensif.
V.
KESIMPULAN
1.
Taraf
pemupukan dan taraf penyiangan yang berbeda, mengakibatkan pola pertumbuhan dan
produksi tanaman yang berbeda.
2.
Taraf
pemupukan dengan dosis 1, menempati urutan pertama dalam hal produksi tanaman
3.
Untuk
taraf penyiangan, perbedaan pertumbuhan tanaman tidak terlalu berbeda, tetapi
khusus pada tanaman kangkung.
4.
Pada
tanaman bayam, banyak terdapat populasi gulma, yang menimbulkan penurunan
produksi yang cukup signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius
: Yogyakarta
Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. GRAMEDIA :
Jakarta.
Syafei, E.S. 1994. Pengantar Ekologi Tumbuhan. FMIPA ITB : Bandung.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar