Rabu, 21 Maret 2012

Budidaya Padi Sawah


Budidaya padi sawah di BB Padi menerapkan konsep PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu). PTT merupakan teknologi dan pengembangan dari sistem penanaman padi secara konvensional. Sistem PTT yang dilakukan di BB Padi terdiri atas kegiatan pengolahan tanah, penyiapan bibit padi, penanaman, penyulaman, pengairan, pemupukan, pengendaliaan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), pengolahan panen, dan pasca panen.
Teknik persemaian benih padi sistem PTT di BB Padi dikenal dengan persemaian basah. Persemaian basah ini dilakukan langsung di lapangan. Lahan persemaian benih padi sistem PTT dibuat bersamaan dengan penyiapan lahan untuk penanaman. Luas lahan persemaian dibuat kurang lebih 1/25 lahan penanaman padi dan dibuat bedengan dengan lebar 1-1,25 m. Benih kemudian disebarkan di atas bedengan kemudian disebarkan sedikit sekam sisa penggilingan padi atau jerami di atas benih. Tujuannya untuk melindungi benih dari hujan dan burung.
Teknik penanaman sistem PTT di BB Padi menerapkan 1-3 bibit padi pada satu lubang tanam. Sistem tanam yang digunakan adalah tanam jajar legowo. Jajar legowo adalah pengosongan satu baris tanaman setiap dua atau lebih baris. Tanam jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan populasi tanaman dan cukup efektif mengurangi serangan hama tikus, keong mas, dan keracunan besi.
Sistem pengairan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan mengatur ketinggian genangan. Ketinggian genangan dalam petakan cukup 2-5 cm. Genangan air yang lebih tinggi akan mengurangi pembentukan anakan. Prinsip pemberian air adalah memberikan air pada saat yang tepat, jumlah yang cukup, dan kualitas air yang baik.
Budidaya padi sawah sistem PTT di BB Padi dilakukan dengan aplikasi pupuk organik dan anorganik secara seimbang dan bijaksana. Pupuk organik umumnya yang digunakan adalah pupuk kandang yang diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah dengan dosis 2 ton/ha. Sebagai pupuk susulannya, digunakan pupuk urea 180 kg/ha dan pupuk NPK 250 kg/ha atau dapat juga digunakan pupuk urea 250 kg/ha (112,5 kg N/ha), pupuk SP-36 83,3 kg/ha (30 kg P2O5/ha), dan pupuk KCl 50 kg/ha (30 kg K2O/ha).
Pemupukan padi sawah dengan metode PTT disesuaikan dengan analisis  uji  pendahuluan terlebih dahulu. Dosis pemupukan N ditentukan melalui analisis dengan BWD (Bagan Warna Daun), sedangkan dosis pemupukan P dan K dapat ditentukan melalui analisis dengan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah). Uji PUTS bertujuan agar pemupukan menjadi efisien dan berimbang. Pemberian pupuk pada sistem PTT membedakan antarlokasi, musim tanam, pola tanam, dan pengelolaan tanaman. Penggunaan pupuk spesifikasi lokasi meningkatkan hasil dan menghemat pupuk.
Konsep PTT sebenarnya hampir sama dengan SRI (System of Rice Intensification). Perbadaannya adalah pada konsep SRI semua pupuk dan pestisida berasal dari bahan organik, sedangkan PTT penggunaan pupuk dan pestisida yang berbahan dasar organik dan anorganik. Penggunaan pestisida anorganik pada budidaya padi sawah sistem PTT digunakan secara bijaksana. Menurut Kamandalu, et al. (2010),  teknik budidaya PTT dapat meningkatkan produktifitas padi sawah hingga 15 %.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009), PTT merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkakan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif  bersama petani. Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT dikelompokan ke dalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua padi sawah. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat.
Komponen teknologi PTT dapat dikelompokan menjadi: (1) komponen teknologi dasar (compulsory), yaitu komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum untuk wilayah luas; dan (2) komponen teknologi pilihan, yaitu yang bersifat lebih spesifik lokasi. Menurut Sembiring (2010), komponen dasar merupakan komponen yang sangat dianjurkan, sedangkan komponen pilihan merupakan komponen yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan, kemampuan petani setempat.
Komponen teknologi yang termasuk compulsory, antara lain (1) varietas modern (varietas unggul baru, padi hibrida, dan padi tipe baru), (2) bibit bermutu dan sehat, (3) pemupukan yang efisien menggunakan BWD (Bagan Warna Daun) dan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah), dan (4) PHT (Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu) sesuai OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) sasaran. Komponen teknologi pilihan adalah (1) pengelolaan tanaman tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, tegel, dll), (2) umur bibit, (3) bahan organik/pupuk kandang/amelioran, (4) perbaikan aerasi tanah (irigasi berselang), (5) pupuk cair (pupuk organik, pupuk bio-hayati/ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), dan pupuk mikro, dan (6) penanganan panen dan pasca panen. Komponen teknologi pilihan pada kondisis tertentu dapat menjadi compulsory jika komponen yang dimaksud mutlak diperlukan untuk mengatasi masalah utama di suatu wilayah.
Konsep dasar PTT adalah sebagai berikut:
a.    Penggunaan varietas unggul baru, inhibrida atau hibrida.
b.    Benih bermutu dan berlabel.
c.    Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos  atau pupuk kandang.
d.   Pengaturan populasi tanaman secara optimum.
e.    Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
f.     Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT.
Konsep pilihan PTT adalah sebagai berikut:
a.    Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam.
b.    Penggunaan bibit muda (< 21 hari).
c.    Tanam bibit 1 – 3 batang perumpun.
d.   Pengairan secara efektif dan efisien.
e.    Penyiangan dengan landak atau gasrok.
f.     Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar